Kamis, 06 Maret 2014

Warung Burjo, Primadona Yogyakarta

            Gemericik hujan mulai membasahi tanah Yogyakarta yang telah berhari-hari tertutupi abu hasil letusan gunung Kelud. Sore itu, Sendowo (Sleman, Yogyakarta) rumah bagi para mahasiswa yang memilih untuk tinggal dalam sebuah indekos ataupun menyewa rumah bersama teman-temannya tak ketinggalan diterpa gemericik hujan dengan suasana yang mampu membuat perut ini terasa lapar. Jika sudah begini, salah satu tempat makan yang akan menjadi sasaran mereka tentu saja, Burjo.


            Sebenarnya, Burjo merupakan singkatan dari bubur kacang ijo, yakni sebuah makanan. Rumah makan tersebut diberi nama demikian karena menyediakan bubur kacang ijo. Tak hanya itu saja, warung burjo juga menyediakan berbagai jenis makanan seperti nasi telur, nasi ikan, nasi ayam, mi instan telur, soto ayam, berbagai macam sayur, berbagai macam gorengan, berbagai macam jajanan dan juga berbagai jenis minuman, yang tentunya para mahasiswa tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, sebab harganya adalah harga mahasiswa. Untuk satu porsi nasi telur saja, cukup membayar Rp. 5.500,-.


            Ada yang menarik dari warung burjo, kebanyakan menu makanan kesukaan para mahasiswa ini justru bukanlah bubur kacang ijo itu sendiri, melainkan menu-menu lain terutama nasi telur, pun di warung burjo Sendowo ini. Rata-rata penjual di warung burjo merupakan orang Sunda atau orang yang berasal dari pulau Jawa bagian barat, karena memang sejarah mengatakan bahwa pertama kali yang membuat warung burjo di Yogyakarta adalah orang Kuningan yang turun temurun hingga sekarang, namun bukan orang Kuningan saja yang berjualan di warung burjo, ada cukup banyak orang Banjar yang ikut berjualan di warung burjo, seperti di warung burjo Blimbingsari.
            Seorang pria berparas Sunda terlihat sedang menyiapkan makanan yang dipesan para pembelinya. Di tempat dengan tembok-tembok dan sekat-sekat sederhana yang memisahkan antara dapur, tempat duduk para pembeli, seorang mahasiswa semester 2 tengah berkisah tentang ejekan teman-temannya kepada seorang teman di sampingnya, “Saya kalau di kampus selalu dibilang, ‘A, nastel, es teh satu’”, katanya dalam logat Sunda yang kental. Memang, paradigma orang Sunda yang selalu dikaitkan dengan burjo sudah sangat melekat di Yogyakarta. Tak heran, para mahasiswa yang berdarah Sunda terkadang selalu menjadi bahan ejekan burjo. Tentu ini tidaklah serius, hanya untuk mencairkan suasana.


            Jauh dari keluarga merupakan hal yang sudah terbiasa yang dilakukan pria berparas Sunda yang tadi menyiapkan makanan yang dipesan para pembelinya, yang bernama Pak Asep, baginya bersama teman-teman Sunda yang sama-sama membangun burjo di sini sudah cukup menjadi pengobat rasa rindunya akan kampung halamannya, Kuningan, Jawa Barat. Ia sudah berprofesi selama lebih dari puluhan tahun menjalankan bisnis burjo di Yogyakarta. Ia adalah orang kesekian, yang pernah menjadi penjual di warung burjo Sendowo, sebab biasanya, dia akan bergiliran dengan teman-temannya dari satu burjo ke burjo lain yang kebetulan burjo-burjo tersebut masih satu kekeluargaan. Menariknya lagi, tambahnya, justru di daerah Jawa Barat sendiri, tempat lahirnya para pembisnis burjo, tidak ada yang namanya warung burjo, di Jawa Barat malah menjamur warung-warung Tegal atau yang disingkat Warteg.
            Warteg tak ubahnya seperti warung makan pada umumnya, bedanya dengan burjo, tentu warteg tidak menyediakan bubur kacang ijo, juga menu makanannya sedikit lebih beragam daripada warung burjo karena pasaran wartegpun biasanya orang-orang dewasa yang sudah bekerja.
           Setelah perut merasa kenyang dan hujan mulai reda, satu per satu para mahasiswa penggemar warung burjo mulai berhamburan keluar meninggalkan salah satu lokasi kesukaan mereka untuk berinteraksi dan bercengkrama dengan sesama kembali ke indekos mereka masing-masing. Dengan terkenalnya Yogyakarta sebagi kota pelajar, maka dapat dipastikan burjo akan tetap ada di Yogyakarta sampai berpuluh-puluh tahun ke depan dan tentunya semoga dengan inovasi-inovasi terbaru yang mampu dihasilkan warung burjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar