Jumat, 09 Januari 2015

Algun Día, Estaré Yo en Chile (Parte 1)

Gigante de la Mano de Antofagasta, Chile

Tahun 2014 telah usai, kini saatnya aku menyongsong tahun 2015. Namun satu hal, ada yang berbeda dari tahun 2014. Ya tahun yang benar-benar jadi tahun harapanku saat itu, bagaimana tidak?, di tahun itulah aku nyaris membuat impianku yang selama ini aku visualisasikan menjadi kenyataan. Aku mungkin lupa detik per detiknya, namun yang jelas, tahun 2014 benar-benar tak bisa kulupakan.

Baiklah, aku mungkin saja lupa bagaimana semua ini berawal, bulannya.. tanggalnya.. Namun, yang saat ini ada dalam pikiranku adalah sesosok manusia yang sebenarnya wujudnya tak bisa kubayangkan sama sekali. Gelap, kosong, aargh! nampaknya aku benar-benar lupa siapa orang ini sebenarnya. Namun, orang tanpa nama ini, dialah yang datang membawa surat penawaran membuka stand bagi mahasiswa D3 Bahasa Prancis UGM di acara Global Village yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh AIESEC UGM.

Sejak menerima surat itu, aku berpikir bahwa ini adalah kesempatan pendekar tongkat emas untuk bisa menambah informasi.

“Siapa tahu nambah informasi atau apa kek gitu biar bisa ke luar negeri, seru ini acara dunia-dunia gitu ning,” seruku dengan semangat kepada seorang kawan bernama Nila Ratna Sari, sang putri Banten dari Serang hahaha, dia adalah sekertaris Himpunan Mahasiswa Jurusan kami, yakni IMF, (banyak duit dong? Mungkin).

“Wah coba lu tanya ke duwil deh, doski kan yang ngurus bagian beginian, bil,” tandasnya seraya menambah imbuhan –l di belakang nama seseorang khas kelas kami, selain memang kami hobi memanggil nama orang 2x, kami juga punya kelainan mendengungkan, meng-ikhfa dan meng-idgham-kan nama orang dengan menambah imbuhan –l dan –ng di belakang nama tersebut, maklum prodi prancis.

Keesokan harinya, akupun langsung melaporkan hal ini kepada Dwi Ari Murti, putri Solo. Meskipun bukan keturunan asli keluarga pewaris Kerajaan Mataram, namun hatinya mulia layaknya Juliet yang hingga saat ini masih menanti Romeo (baca; Jomblo – eh jomblo gak ya si Dwi? Lupa gue haha) sehingga iapun menyetujui untuk bergabung di Global Village diikuti anggukan kepala dari sang Maharaja Rifqi Abdillah sebagai Putra Bantul (sumpah yang ini gak enak banget haha no offense :D) sekaligus ketua IMF pada saat itu.

The journey is just begun..


Mbak Hanum Rais just stopped by, feel honoured :)

Hari H Global Village, aku hanya bermodalkan keinginan untuk mendapatkan informasi ataupun sekedar kepo akan pengalaman anak-anak AIESEC yang asyik berpetualang ria di tanah orang yang memang menjadi bagian dan salah satu daya tarik acara ini selain tentunya Global Village menghadirkan salah satu pembicara kondang, pak Rangga Almahendra yang bukunya sudah kumiliki dan kubaca sampai berbekas dari tahun 2011, sang istrinya pun tak lupa meninggalkan komen di akun instagramku (ebizombie *promo) di bawah foto buku “99 Cahaya di Langit Eropa” hasil jepretan isengku, #kamerahpgw kalau orang-orang bilang. Namun ternyata, apa yang aku niatkan di sana semuanya jauh di luar ekspektasiku.


Bersambung..

***

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (Q.S Al-baqarah : 216)